Laporan Proses Medical Imaging
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dengan melihat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang sangat pesat dewasa
ini, maka diperlukan keahlian khusus yang dapat memahami dan menguasai berbagai
aspek modifikasi peralatan instrumentasi dan pencitraan, pengembangan rekayasa
jaringan untuk keperluan rehabilitasi medik dan pengembangan sistem informasi
medis. Perpaduan keahlian khusus antara bidang kedokteran dan bidang teknologi
tersebut dikenal sebagai Teknologi Biomedis (Biomedical Engineering).
Citra medis pada dasarnya adalah
suatu tehnik atau proses penggambaran bagian-bagian organ tubuh manusia
dengan tujuan untuk mengetahui kerusakan yang terdapat pada organ tubuh
tersebut akibat dari aktivitas bakteri dan virus. Caranya dengan menggunakan
kompresi data yang memiliki fleksibilitas tinggi sehingga dapat menampilkan
gambar organ tubuh manusia secara efisien dan juga memiliki kualitas yang lebih
baik dan dapat dilihat oleh indera penghlihatan tanpa menggunakan alat bantu
apapun. Kompresi data ini dapat berupa kompresi JPEG 2000 yang dikembangkan
oleh ITU (International Telecommunication Union) dan ISO (International
Organization of Standardization) adalah sebuah fitur kompresi data yang dapat
mengubah tampilan citra medis kedalam bentuk citra digital dengan memanfaatkan
grid computing (aplikasi untuk saling berbagi file secara peer to peer) yang
terhubung oleh jaringan internet, LAN/WLAN, atau PSTN. Setelah melalui grid
computing data akan dikirimkan ke sebuah cluster yang nantinya data tersebut
akan di-decode. Yang kemudian hasilnya tersebut akan dikirimkan kepa si client
dalam bentuk citra digital.
1.2 Tujuan
Pembuatan Makalah
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas pencitraan biomedika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Medical Imaging
Pencitraan
medis (medical image) adalah teknik dan proses yang digunakan untuk membuat
gambar tubuh manusia (atau bagian-bagian dan fungsi daripadanya) untuk tujuan
klinis (prosedur medis berusaha untuk mengungkapkan, mendiagnosis atau
memeriksa penyakit) atau ilmu kedokteran (termasuk studi normal anatomi dan
fisiologi) sebagai disiplin dan dalam arti luas, ini adalah bagian dari
pencitraan biologis dan memasukkan radiologi (dalam arti yang lebih luas)
kedokteran, nuklir, investigasi, ilmu radiologis, endoskopi, (medis)
thermography, fotografi medis dan mikroskopi (misalnya untuk penyelidikan
patologis manusia). Pengukuran dan teknik perekaman dirancang untuk
mengahsilkan gambar, seperti electroencephalography (EEG),
magnetoencephalography (MEG), electrocardiography (EKG) dan lain-lain, tetapi yang
menghasilkan data yang rentan untuk diwakili sebagai peta (yang berisi
informasi posisi) dapat dilihat sebagai bentuk pencitraan medis.
Citra medis (medical image) memiliki
kandungan informasi yang sangat penting. hal tersebut menjadikan citra kedokteran
umumnya memiliki ukuran yang besar. Citra medis yang berukuran besar
menimbulkan masalah pada penyimpanan dan pengiriman citra kedokteran, yaitu
kebutuhan media penyimpanan data yang besar serta waktu pengiriman yang lama.
hal tersebut mengakibatkan munculnya kebutuhan akan kompresi citra kedokteran
tanpa mengurangi informasi yang tersimpan dalam citra tersebut (lossless).
Namun, kompresi lossless belum menyelesaikan masalah yang dihadapi, sehingga
diperlukan kompresi data yang bersifat lossless tetapi memiliki fleksibilitas
untuk dapat menghilangkan informasi yang tidak penting dan tidak dapat dilihat
oleh indera penglihatan kita (lossy). Agar pengiriman citra menjadi lebih
efisien dengan kualitas yang lebih baik, perlu dilakukan proses pengolahan citra
digital terhadap citra tersebut, sehingga kompresi citra tidak hanya mengurangi
ukuran file dan bandwidth, tetapi juga memungkinkan ekstraksi untuk melakukan
proses pengolahan citra lainnya lebih lanjut.
2.2 Prosedur
Medis
Pada teknik biomedika, engineer juga
harus mengetahui prosedur medis yang umumnya digunakan para dokter untuk
menangani pasien. Untuk prosedur medis dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
Proses medical procedure :
1. Pasien datang ke klinik atau rumah sakit dengan keluhan
yang dialami
2. Pengumpulan data dilakukan oleh
asisten medis dokter berupa nama, umur, alamat, riwayat kesehatan dan data yang
berkaitan pada sakit yang pernah dialami.
3. Dokter menganalisa pasien dengan
gejala yang dirasakan dan beberapa pemeriksaan secara fisik.
4. Dokter melakukan diagnose penyakit sesuai dengan pola
penyakit yang diderita
5. Hasil dari diagnose
merekomendasikan untuk terapi bagi pasien berupa terapi obat dan atau terapi
fisik untuk menunjang kesehatan, jika gejala masih ada maka kembali pada poin
2.
6. Jika tidak ada gejala atau bisa
dikatakan sudah sembuh maka proses perawatan atau medis dapat dihentikan.
2.3 Proses Medical Imaging
Dalam melakukan proses medical imaging digunakan berbagai
macam alat yang sesuai untuk menangani penyakit yang diderita pasien,
Contoh Proses Imaging Menggunakan MRI
Secara ringkas saat proses pembentukan gambar pada MRI, proton akan melewati tiga fase yaitu; Fase Precession , Fase Resonansi dan Fase Relaksasi. Setelah melewati tiga fase tersebut maka proton akan
memancarkan sinyal yang dikenal dengan nama Free
Induction Decay (FID). Kemudian sinyal FID ini akan diterima oleh antena berbentuk coil
sebagai raw data dan dikirim ke sisitem
komputer untuk direkonstruksi menjadi gambar
digital.
A. Fase Precession
Fase precission dimulai ketika pasien masuk
kedalam magnet utama dari MRI maka proton-proton dari inti hidrogen akan membentuk jaringan
magnetisasi yang memiliki arah cenderung dengan arah kurub medan
magnet utama pesawat MRI(B0). Arah kutub medan
magnet utama dikenal juga dengan arah longitudinal (Z axis).
Saat pasien
masuk kedalam magnet, proton selain terus melakukan spin juga melakukan gerakan
relatif. Gerakan relatif tersubut serupa dengan gerakan permukan gasing yang disebut gerakan procession yaitu pergerakan yang
berpusat
pada bagian dasarnya,
A. Fase Resonansi
Jaringan
magnetisasi sulit dideteksi dan diukur karena arah induksi magnetnya sama dengan arah induksi magnet utama pesawat, sehingga dibutuhkan perubahan arah induksi
magnet dari jaringan magnetisasi tersebut. Untuk
mengubah arahinduksi tersebut maka digunakanlah RadioFrequency.
Mengetahui secara tepat frekuensi Larmor dari proton sangat mutlak untuk menentukan
besarnya Radio Frequency (RF) yang akan dipancarkan untuk mengubah arah orientasi proton yang membentuk jaringan magnetisasi.
Pada saat fase precession
Radio Frequency (RF) dipancarkan dari RF Amplifier yang merupakan salah satu Hardware dari MRI. Proses resonansi
terjadi ketika besarnya Radio Frequency
sama dengan besarnya frekuensi Larmor dari proton. Pada saat proses resonansi
terjadi maka proton akan menyerap
energi dan
mulai bergerak meninggalkan arah longitudinal yang sejajar dengan arah
kutub magnet pesawat menuju kearah transversal yaitu tegak lurus terhadap sumbu medan magnet pesawat. Proses resonansi menghasilkan magnetisasi
transversal. Proton yang dapat dipengaruhi
oleh.
B. Fase Relaksasi
Proton-proton hydrogen berada pada bidang transversal hanyalah bersifat sementara, ketika sinyal Radio Frequenscy dihentikan maka proton-proton akan
kembali ke posisi Longitudinal. Saat Radio Frequency dihentikan maka proton proton secara
perlahan –lahan akan kehilangan energinya dan mulai bergerak meninggalkan
arah transversal menuju kembali kearah
longitudinal (recovery). Proses kembalinya
posisi proton-proton pada posisi awal dinamakan sebagai fase relaksasi.
Pada saat
proton-proton kembali ke posisi awal, maka proton akan menginduksikan signal dalam
bentuk gelombang elektromagnetik yang dikenal dengan nama Free Induction Decay( FID) yang kemudian akan diterima oleh antenna berupa sebuah kumparan penerima .
Waktu yang
dibutuhkan untuk proton kembali pada
posisi transversal dibagi menjadi dua pembagian yaitu T1 dan T2. T1
didefenisikan sebagai waktu yang diperlukan proton- proton hydrogen untuk
kembali pada posisi longitudinal dengan memakan waktu sekitar 63% dari recovery
time.T1 mencerminkan tingkat transfer
energi frekuensi radio (RF) dari proton-proton pada keseluruhan jaringan sekitarnya (Tissue-Lattice).Sehingga T1 biasa pula dikenal dengan istilah Spin
Lattice-Relaxation, dimana besar T1 tergantung pada kepadatan serta struktur kimiawi dari materi jaringan yang diperiksa. Jika waktu T1 makin lama maka akan diperoleh signal yang semakin besar.
Ketika Radio Frequncy dengan kekuatan energy yang
dapat membuat sudut precession dari
proton berubah menjadi sebesar 90° (RF 90° ) maka akan diperoleh signal dari arah transversal secara maksimum. Namun ketika
sinyal RF 90° dihentikan, maka magnetisasi transversal yang pada awalnya
memancarkan signal maksimum,
berangsur-angsur mulai berkurang (Decay).
Pada saat gerakan precession
dimulai, proton-proton berada dalam kecepatan
yang sama, namun secara perlahan satu sama lain terlihat saling meninggalkan. Sehingga terjadi
peristiwa dephasing yaitu
proton dengan tingkat energi lebih besar
melakukan over lapping pada proton lainnya pada waktu melakukan putaran
procession.T2 merupakam waktu yang diperlukan proton-proton untuk
mencapai dephasing Peristiwa tersebut
disebabkan karena adanya interaksi dari masing-masing proton dengan proton-proton disekitarnya (spin-spin
interaction).
Peristiwa
terjadinya T2* merupakan suatu fenomena tambahan yang
dikonstribusikan dari kenyataan bahwa medan
magnetic dari pesawat MRI idak
benar-benar homogen.Akibat dari tidak homogennya
medan magnet MRI maka akan menghasilkan magnetisasi proton proton lokal yang tidak
homogen (local inhomogeneity). Local inhomogeneity meningkatkan interks antar spin-spin dan mempercepat
dephasing sehingga mempercepat penurunan besarnya signal FID ke nilai nol. Hal ini berarti terdapat adanya signal
yang hilang.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh
pada ringkasan makalah diatas ialah:
1.
MRI menggunakan inti atom
hidrogen yang memiliki satu proton sebagai unsur utama dalam pembentukan gambar.
2.
Inti hidrogen merupakan
kandungan inti terbanyak dalam jaringan tubuh manusia yaitu sekitar 1019 inti/ mm³.
3.
Terdapat tiga fase yang dilalui oleh proton
pada MRI yaitu ; Fase Procession, Fase Resonansi dan Fase Relaksasi
4.
Untuk dapat melakukan resonansi, proton
dipapar oleh Radio Frequency sebesar frekuensi Larmor dari proton tersebut.
5.
Perbedaan kontras pada MRI terbagi menjadi dua
yaitu; Kontras T1 dan Kontras T2.
6.
MRI secara umum aman untuk pasien karena tidak
menghasilkan radiasi pengion. Namun yang perlu diperhatikan adalah penggunaan
logam dan pacemarker pada pasien dapat membahayakan pasein tersebut.
Comments
Post a Comment