LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMELIHARAAN
ITIK LAYER MASA STARTER
SAMPAI
MASA GROWER
Mata
Kuliah Manajemen Industri Perunggasan
Oleh
Kelompok I :
1.
Badaruddin 1405104010002
2.
Saipullah 1405104010003
3.
Yuyun
Fahrina 1405104010011
4.
Annisa
Wahyuni 1405104010015
5.
Rahmat
Doni Linge 1405104010004
6.
Riska
Maulani 1305104010013
7.
Tri
Handayani 1305104010025
8.
Aflesia
Hagata 1305104010026
9.
Farhan
Muda 1405104010009
10.
Subur
Purnama 1405104010001
11.
Masitah 1405104010022
12.
Zulfikar 1205104010024
13.
Risqki
Munandar 1305104010003
14.
Juanda 1305104010008
15.
Win
Aramico Rindi 1305104010009
16.
Rahmat
Ibrahim 1205104010015
|
JURUSAN
PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
BANDA
ACEH
2016-201
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Ternak unggas merupakan aset nasional yang
turut menunjang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seiring dengan
meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan
dengan produk peternakan membuktikan bahwa usaha peternakan dewasa ini
mengalami kemajuan. Diantara produk-produk tersebut unggas memegang peranan
yang sangat penting, karena digemari dan banyak dikenal oleh masyarakat terutama itik/bebek. Bebek adalah hewan penurut, Bebek mudah
di ternakkan dan dipelihara. Sumber daya yang dapat diambil dari bebek ini adalah
telurnya, dagingnya bahkan kotorannya bisa di jadikan pupuk. Penggemar daging
dan telur bebek sekarang semakin banyak, karena rasa dari dagingnya yang sangat
lezat.
Kebutuhan akan ketersediaan daging dan telur bebek ini sangatlah
tinggi. Itik yang akan di pelihara atau budidayakan pada
praktikum ini adalah jenis itik yang dibudidayakan secara intensif atau yang
lebih dikenal dengan pemeliharaan di lahan kering atau dikandangkan yang akan
memberi keuntungan diantara itik tidak lagi di gembalakan di sawah untuk
mencari makan sendiri. pakan dan minum
di sediakan di dalam kandang sehingga itik hanya memanfaatkan energi untuk
memproduksi telur. Itik yang di pelihara sebanyak 50 ekor dari mulai DOD.
Pada umumnya tujuan pemeliharaan itik adalah untuk
menghasilkan telur.Pemeliharaan itik dari masa ke masa, profilnya adalah
peternakan itik rakyat atau itik kampung, yang skala pemeliharaannya kecil dan
umumnya diumbar.Itik mempunyai karakteristik khas unggas petelur termasuk dalam
tipe petelur ini antara lain berasal darijenis : Indian Runner, Khaki Khampbel
dan Buff Orpington atau itik Buff. Dalam perkembangannya di Indonesia, Indian
Runner banyak dipelihara di wilayah tertentu, misalnya di Kalimantan Selatan
dikenal itik Alabio,di daerah Tegal disebut itik Tegal dan di Bali disebut Itik
Bali.
Kemampuan bertelurnya bila dipelihara intensif hingga
300 butir pertahun dan bila dipelihara semi insentif berkisar 90 - 100 butir
saja.Prospek dari usaha pemeliharaan itik cukup baik mengingat konsumsi telur
dari tahun ke tahun terus meningkat, pemeliharalihat mannya sudah mengarah pada
semi insentif maupun kearah insentif. Dengan demikian, melalui praktikum
budidaya itik air ini adalah cara inisiatif untuk memulai memelihara serta
membudidayakan itik walaupun dalam jumlah yang sedikit.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Memenuhi
mata kuliah Manajemen Industri Perunggasan.
2.
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami cara pemeliharaan itik bukan hanya sekedar dalam
teori saja.
3.
Mahasiswa
dapat memanajemen pengolahan dalam pemberdayaan itik agar menghasilkan produksi
telur yang tinggi walaupun tidak efektif seperti yang dihasilkan oleh peternak
– peternak lainnya.
C.
Manfaat
Pada praktikum yang telah dilakukan terdapat beberapa manfaat
budidaya ternak itik :
1.
Melalui
praktikum ini mahasiswa dapat secara langsung melihat dengan nyata tentang
pengolahan itik di lapangan. Dengan demikian, dapat diaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat terutuma pada saat turun kelapangan seperti KKN, Praktek
lapangan dan lain – lainnya.
2.
Mahasiswa
dapat mengaplikasikannya terhadap diri – sendirinya
untuk membuka usaha peternak itik karena melihat kebutuhan telur dan daging
itik meningkat setiap tahunnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family Anatidae, genus Anas dan termasuk
spesies Anas javanica. Proses domestikasi membentuk
beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu. Perubahan
ini diperkirakan akibat campur tangan manusia untuk mengembangkan ternak
itik dengan tujuan khusus dan juga karena jauhnya jarak waktu domestikasi dengan
waktu pengembangan (Chaves dan Lasmini, 1978).
Itik asli Indonesia termasuk jenis Indian Runner
(Anas plathyryncos). Secara morfologis Indonesia memiliki beberapa jenis itik lokal
berdasarkan tempat berkembangnya (Simanjuntak, 2002).
Bangsa itik domestikasi dibedakan
6 menjadi tiga yaitu: pedaging, petelur dan hiasan. Itik-itik
yang ada sekarang merupakan keturunan dari Mallard berkepala hijau (Anas plathyrhynchos plathyrhynchos). Beberapa itik lokal yang banyak dipelihara oleh masyarakat
di pulau Jawa antara lain yaitu itik Tegal, itik
Mojosari, itik Magelang, itik Cihateup dan itik
Cirebon (Samosir, 1980)
Menurut Harjoworo
(1997) dalam pemeliharaan secara intensif itik mampu memproduksi telur antara
240 -- 280 butir/ekor/tahun. Itik yang dipelihara secara system semi intensif
mampu memproduksi telur sebanyak 203 – 232 butir/ekor/tahun dan pemeliharaan
secara tradisional mampu menghasilkan telur sebanyak 124 butir/ekor/tahun.
Periode pemeliharaan itik petelur yaitu dimulai dari fase starter yang berumur
sekitar 0–2 bulan, fase grower berumur sekitar 2–5 bulan, kemudian fase
breeder/layer berumur di atas 5 bulan.
Secara umum sistem
kekebalan pada unggas hampir sama dengan system kekebalan hewan lainnya. Sistem
kekebalan unggas juga ada yang merupakan sistem kebal alami yang bersifat fisik
seperti bulu dan kulit maupun kimiawi seperti pembentukan lendir/mukus dan
enzimatis (lisozim yang terkandung dalam air mata). Sistem kekebalan lainnya
adalah sistem kebal dapatan yang bersifat seluler maupun humoral. Limfosit
merupakan unsur kunci sistem kekebalan tubuh. Selama perkembangan janin,
prekursor limfosit berasal dari sumsumtulang. Pada unggas, prekursor yang
menempati bursa Fabricius ditransformasi menjadi limfosit yang berperan dalam
kekebalan humoral (limfosit B). Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma dan
sel B memori. Sel T dibagi menjadi 4 yaitu: sel T pembantu, sel T supresor, sel
T sitotoksik (sel T efektor atau sel pembunuh) dan sel T memori (Muslim, 1992).
BAB
III
METODODLOGI
A.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksaan kegiatan praktikum yaitu 01 November
2016 sampai dengan 30 Desember 2016. Sedangkan tempat pelaksanaan praktikum ini
adalah di Lapangan Laboratorium Peternakan (LLP) Jurusan Peternakan Universitas
Syiah Kuala, Desa Rukoh Kec. Darussalam Kab. Banda Aceh.
B.
Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum pemeliharaan itik layer ini adalah:
a. Kandang ren
b. Sapu lidi
c. Skop
d. Kereta sorong
e. Alat pemanas (Brooder)
f. Kayu skat
g. Tempat pakan
h. Tempat minum
i. Martil
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah:
a. DOD
b. Litter
c. Obat-obatan
d. Terpal
e. Paku
f. Kapur
g. Detergent
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Data
Penambahan Berat Badan Itik
Dari hasi praktikum
pada itik petelur kelompok 1 dapat diperoleh hasil penimbangan berat badan yang
dimulai dari starter sampai grower.
No
|
Penambahan berat badan pada itik
|
|||||||
M 1
|
M 2
|
M 3
|
M 4
|
M 5
|
M6
|
M 7
|
M 8
|
|
1
|
36
|
430
|
470
|
920
|
1200
|
1400
|
1450
|
1500
|
2
|
40
|
321
|
631
|
970
|
1250
|
1450
|
1500
|
1600
|
3
|
45
|
446
|
460
|
1000
|
1100
|
1350
|
1400
|
1500
|
4
|
49
|
403
|
600
|
990
|
1300
|
1200
|
1350
|
1450
|
5
|
32
|
496
|
559
|
920
|
1350
|
1250
|
1400
|
1600
|
Rataan
|
40,4
|
419,2
|
544
|
960
|
1240
|
1330
|
1420
|
1530
|
Penambahan berat badan
pada itik setiap minggunya mengalami penambahan,hanya saja pada minggu ke 6 ,7
,dan 8penambahan hanya berkisar 100 sampai 150 gram. Hal ini terjadi karena
pemberian pakan yang tidak sesuai dan pemberian pakan sudah mulai tidak teratur
oleh para praktikan, faktor ini menyebabkan penambahan berat badan pada minggu
tersebut sedikit berkurang. Hal ini juga sesuai dengan pendapat( bella gladys
endoh,2016 )bahwa pakan merupakan faktor yang paling menentukan ,yang berkisar
antara 60-70 % sebagai biaya produksi, pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam
sehari. Pada praktikum yang dilakukan menurut pendapat ini tidak sesuai
dikarenakan pada praktikum, pemberian pakan hanya dilakukan dengan 2 kali dalam
sehari. Hal ini memungkinkan penambahan berat badan agak semakin lambat.
Tidak bertambahnya
berat badan itik juga bisa dipengaruhi oleh faktor lain seperti pemberian air
minum yang tidak teratur, serta kesehatan.Hal ini membuat itik tidak dapat
mencerna pakan atau menelan pakan dengan baik. Sehingga hal ini menurut
praktikan dapat mengurangi konsumsi pakan dan berakibat ke pertambahan berat
badan. Hal ini juga disebutkan oleh campbell ( 1997 ), bahwasannya Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya kesehatan, pakandan manajemen.
B.
Tabel
Pembutan Ransum Itik
1.
Pembuatan
ransum itik tahap pertama
No
|
Bahan Pakan
|
Komposisi
( % )
|
Pembuatan
( kg)
|
|
50
|
||||
1
|
tepung jagung
|
25
|
12.5
|
|
2
|
dedak halus
|
17
|
8.5
|
|
3
|
Bravo 511
|
15
|
7.5
|
|
4
|
Mineral
B12
|
1
|
0.5
|
|
5
|
Menir
|
14
|
7
|
|
6
|
konsentrat itik 144
|
28
|
14
|
|
Jumlah
|
100
|
50
|
2.
Pembuatan
pakan pada tahap kedua
No
|
Bahan Pakan
|
Komposisi
( % )
|
Pembuatan
( kg)
|
|
50
|
||||
1
|
tepung jagung
|
25
|
12.5
|
|
2
|
dedak halus
|
22
|
11
|
|
3
|
Bravo 511
|
15
|
7.5
|
|
4
|
Mineral
B12
|
1,5
|
0,75
|
|
5
|
Menir
|
14
|
7
|
|
6
|
konsentrat itik 144
|
22
|
11
|
|
7
|
Top mix
|
0,5
|
0,25
|
|
jumlah
|
100
|
50
|
3.
Pembuatan
pakan pada tahap ketiga
No
|
Bahan Pakan
|
komposisi
( % )
|
Pembuatan
( kg)
|
|
50
|
||||
1
|
tepung jagung
|
25
|
12.5
|
|
2
|
dedak halus
|
22
|
11
|
|
3
|
Bravo 511
|
15
|
7.5
|
|
4
|
Mineral
B12
|
1,5
|
0,75
|
|
5
|
Menir
|
14
|
7
|
|
6
|
konsentrat itik 144
|
22
|
11
|
|
7
|
Top mix
|
0,5
|
0,25
|
|
jumlah
|
100
|
50
|
Pada pembuatan pakan
tersebut mengunakan energi dan protein yang diberikan telah memenuhi standar
dalam pembuatan ransum pada pakan,sehingga pada pembuatan pakan ini sangat
menambah nafsu makan pada itik, tetapi pada umur 6 sampai 8 minggu pertambahan
berat badan tidak bertambah dengan cepat dikarenakan itik yang dipelihara
merupakan jenis itik petelur.
C.
Ragam
Pemberian Pakan Pada Itik
1. Pemberian
dengan kering
Cara pemberian pakan kering adalah bahan
pakan yang ada semisal pakan konsentrat langsung kita berikan begitu saja.
Memang cara ini terlihat praktis dan lebih aman akan tetapi bagi ternak sendiri
sepertinya kurang bisa menikmati sajian tersebut. Dan kalau kita perhatikan
maka banyak pakan yang terbuang karena bentuk anatomi paruh itik/bebek berbeda
dengan paruh ayam. Kalau kita memilih cara ini maka tempat minum jangan
diletakkan berjauhan karena itik yang diberi pakan dengan cara ini perlu segera
minum.
2.
Pemberian
dengan basah
Cara pemberian pakan secara basah yaitu pakan itik yang berupa
konsentrat dicampur dengan air. Keadaan atau bentuk pakan setelah dicampur
dengan air adalah pakan tersebut tidak sampai mengeluarkan air kalau kita peras
. Ada sedikit catatan kalau kita menggunakan pakan basah yaitu frekuensi
pemberian pakan haruslah ditingkatkan. Karena pakan bentuk basah gampang
mengundang bibit penyakit terutama jamur. Makanya pemberian nya mesti
sedikit-sedikit tapi langsung habis.
Pada praktikum yang dilakukan pemberian pakan mengunakan cara
kering sehingga harus membutuhkan banyak air untuk minum pada itik, serta untuk
mencegah adanya kemungkinan bibit penyakit maka cara dengan mengunakan metode
basah tidak dilakukan.
D. Cara Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada dilakukan dengan cara kering,pemberian pakan
pada umur 1-4 minggu mengunakan pakan bravo 511 dan pada umur 4-8 minggu
mengunakan pakan yang dibuat sendiri.
1. Pemberian
pakan masa starter
Pemberian
pakan pada masa starter harus diperhatikan bagaimana kebutuhun protein maupun
kebutuhan energi, pada masa ini sebaiknya diberikan pakan jadi buatan pabrik
yang dimana kandungan nutrisinya masih stabil.biasanya pakan pada masa starter
antara itik petelur dan pedaging pemberiannya sama,hanya saja berbeda pada umur
60hari.
2. Pemberian pakan pada masa grower
Pemberian pakan pada umur grower sudah mulai diberikan pakan yang
sudah di olah oleh para mahasiswa yang di bimbing oleh dosen / laboran, pada
masa ini konsumsi pakan mulai meningkat, karena dalam jangka waktu 2 minggu
bisa menghabiskan pakan 50 kg dari 50 itik.Dan Kebutuhan protein pada saa fase
grower agak menurun dibandingkan dengan saat fase starter. Pada tahap ini
justru kebutuhan energy cenderung lebih besar , hal ini bertujuan agar laju
pertumbuhan bobot badan lebih cepat.
3. Pemberian
pakan pada masa finisher
Kebutuhan pakan itik saat fase finisher agak menurun
jika dibandingkan dengan saat fase grower. Namun jumlah mineral dan vitamin
cenderung lebih besar, hal ini bertujuan untuk menjaga rangka dan kesehatan
itik tetap baik.
E.
Pemeliharaan
Itik
1. pemeliharaan
pada masa starter
Pemeliharaan itik phase anak ini
dilakukan secara terkurung, bisa dalam kandang kotak maupun kandang liter
dengan alas lantai dariserbuk gergaji .Untuk menghindari angin yang masuk,
mengingatbulu anak itik masih halus dan tidak tahan udara dingin,
usahakandinding kandang ditutup dengan tirai plastik pada saat anak itik umur 1
-3 hari. Setelah 4 hari tirai plastik dapat dibuka pada siang hari, dan
padamalam hari ditutup kembali. Pada umur 4 minggu tirai plastik dapatdilepas
semua sebab anak itik sudah memiliki bulu yang cukup tebal,namun saat hujan
lebat/angin kencang, tirai plastik masih diperlukan.
Juga pada masa starter ini harus
membutuhkan pemanas yang dijadikan sebagai induk buatan yang bertujuan untuk
menghangatkan yang berupa berupa alat
pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat diperlukan sampai umur 3 minggu.
Pada umur di atas 4 minggu lampu digunakan hanya sebagai alat penerang saja.
Suhu alat pemanas yang baik adalah sebagai berikut : minggu 1 : 32 ° C, minggu
2 : 27 C, minggu 3 : 21o C. Untuk melihat suhu (panas) yang baik pada anak itik
dapat dilihat dari penyebaran anak itik di bawah alat pemanas.
2. Pemeliharaan
pada masa grower
Itik phase muda berumur 8 - 22 minggu, pada periode ini, itik
ditempatkan di kandang berbentuk kandang ranch (ren) yang dibagi dalam 2
bagian, yaitu tempat bermain dan tempat beristirahat dan dapat pula dibuat
kolam. Luas kandang dapat disesuaikan dengan jumlah itik yang dipelihara,
dengan tingkat kepadatan kandang 8 ekor/m . Dalam rangka menekan biaya
pemeliharaan, banyak peternak yang menggembalakan itik phase muda ini sampai
menjelang bertelur (umur 22 minggu), juga pada masa ini tidak perlu membutuhkan
pemanas.
3. Pemeliharaan
pada Finisher
Pada masa finisher ini tidak dipelihara lagi oleh para praktikan
melainkan oleh pihak kampus, dan tahap ini biasanya berumur pada umur pada 20 -
22 minggu hingga masa afkir (3 tahun). Pada umur tersebut itik mulai belajar
bertelur. Karena itu sebaiknya kandang itik jauh dari keramaian untuk
menghidari agar itik tidak mudah terkejut yang mengakibatkan itik stress,
sehingga tidak mau betelur. Setelah itik betelur selama 6 (enam) bulan, umumnya
itik akan mengalami masa rontok bulu. Untuk mengatasi masa rontok bulu, caranya
dengan memberikan pakan yang bergizi agar masa rontok bulu cepat berakhir.
Inilah kelebihan dari sistim pemeliharaan intensif karena peternak dapat
mengamati secara langsung perkembangan ternaknya, baik kondisi kandang,
kesehatan itik, ketersediaan pakan, serta produksi telurnya.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
yang telah praktikan lakukan, maka dapat praktikan simpulkan beberapa hal,
yaitu:
1.
Mudah dalam
pemeliharaannya, karena mudah dalam pencegahan penyakitnya.
2. Ternak itik lebih tahan terhadap penyakit dari pada
ternak ayam
3. Tenak itik umumnya memiliki daging yang lebih amis
dari pada daging ayam.
4. Itik lebih meyukai daerah persawahan atau daerah
berair.
B.
Saran
Dalam praktikum ini, tanggung jawab ternaknya langsung
diserahkan kepada kelompok yang berhubungan. Sebaiknya, ternaknya jangan
diserahkan langsung kepada kelompok tanpa ada pengontrolan yang rutin. Karena
praktikum yang dilakukan menjadi tidak efektif. Ternak banyak yang terlantar,
kandang kotor, pemberian obat tidak teratur dan pemberian pakan yang tidak
teratur dan efisie.
DAFTAR
PUSTAKA
Bella Gladys Endoh*, A. Makalew, M. A. V
Manese, T. F. D Lumy. 2016. ANALISIS Rentabilitas Usaha Ternak Itik Petelur di
Desa Wolaang Kecamatan Langowan Timur Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek (Zootek‖ Journal)
Vol. 36 No. 1 198-206
Campbell, T.W. 1997. Avian Hematology and Cytology. 3724
thEd. Llowa State University Press.Ames.
Chaves dan Lasmini. 1978. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Harjoworo, P. dan Rukmiasih. 1997. ItikPermasalah
dan Pemecahan. PT Penebar Swadaya, Bogor.
Muslim, D.A. 1992. Budidaya Mina Itik. Kanisius,
Yogyakarta.
Samosir, D.J. 1980. Ilmu Beternak Itik. P.T. Gramedia,
Jakarta
Simandjuntak M.O.F,.M., 1997. Pengaruh Metode Pemberian
Ransum Secara All Mash, Mash Grain dan Mash Cafetaria Serta Hasil Ikutannya
Pada Ayam Buras Umur Enam Belas Minggu, Skripsi Jurusan Peternakan, FP USU,
Medan.
Srigando, B. 1996. Produksi Unggas Air. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta .
Susanti, R. D. T. 2003. Strategi Pembibitan Itik Alabio dan Itik Mojosari.
Tesis.Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
|
Comments
Post a Comment